Nabi pernah melakunan lawatan bertajuk lawatan bumi-langit (yang dikenal dengan istilah "Isra Mi'raj"). Disepanjang perjalanan tersebut, beliau melihat kebesaran kekuasaan Allah. Beliau lihat tanda-tanda kekuasaan yang menunjukkan bahwa Allah Maha Tahu. Beliau bertemu dengan para nabi dan bersalaman dengan mereka, bahkan shalat bersama mereka sebagai iaman di Baitul Maqdis. Dalam perjalanan di langit itu pula shalat disyariatkan dan beliau lihat berbagai bentuk balasan orang-orang yang saleh dan durjana.
Sepulang dari perjalanan bumi-langit yang ditempuh hanya dalam semalam tersebut, pagi harinya beliau keluar dari rumahnya untuk menceritakan kepada khalayak masyarakat tentang apa yang beliau lihat dan saksikan dari berbagai tanda kebesaran Allah.
Akan tetapi, bagaimana mungkin orang-orang yang kukuh mendustakan bahwa wahyu Allah turun dari langit ke bumi pada Muhammad SAW mau percaya begitu bahwa beliau dimi'rajkan ke langit. Mula-mula Nabi SAW bercerita tentang perjalanan isra beliau ke Baitul Maqdis. Bara api pun seolah-olah tersulut didalam hati dan dada mereka, memuntahkan seluruh dendam dan kedengkian mereka. Setiap orang yang melampaui batas lagi berdosa berlomba-lomba mengobok-obok Muhammad SAW begitu ia selesai bercerita, mereka langsung memintanya untuk menggambarkan Baitul Maqdis pada mereka dan mereka tahu persis bahwa beliau belum pernah melihatnya sama saekali seumur hidupnya.
Rasulullah bersabda, "Ketika orang-orang Quraisy menudingku berbohong, aku langsung berdiri di Hijir (Isma'il), lalu Allah memperlihatkan di hadapanku Baitul Maqdis, maka aku pun mulai memberitahukan kepada mereka mengenai tanda-tanda sambil melihatnya."
Allah menolong Nabi-Nya dan mengeluarkannya dari cobaan ini. Andai saja Allah tidak menolong beliau dengan memperlihatkan Baitul Maqdis dihadapan beliau, tentu orang-orang musyrik akan mendustakan habis-habisan dan akan semakin banyak pula orang-orang yang murtad, keluar dari Islam dan kembali kejalan kekafiran. hal itu dikarenakan sewaktu Nabi SAW di'israkan, beliau tidak sempat mengamati betul Masjidil Aqsha, pintu-pintunya dan jendela-jendelanya. Nabi pun tidak mengenal satu persatu nabi yang shalat bersama beliau di Baitul Maqdis, karena jumlah mereka sangat banyak dan mereka berkumpul untuk shalat dibelakang beliau. Ketika beliau maju dan menjadi imam mereka, beliau langsung menyelesaikan perjalanan tanpa berkenalan dengan mereka satu persatu. Karena itu, ketika beliau naik ke langit, beliau terus bertanya kepada Jibril tentang mereka satu persatu. Tatkala kaum musyrikin menodong beliau dengan permintaan mereka untuk menggambarkan Masjidil Aqsa, beliau pun tidak tahu apa yang harus beliau katakan. Namun Allah dengan cepat memperlihatkan kepada beliau gambaran masjid tersebut, sehingga Nabi bisa dengan mudah dan lancar menggambarkannya kepada mereka.
Begitulah.. Orang-orang berkumpul mengerubuti Nabi untuk mendengarkan ceritau beliau dan untuk membuktikan bahwa beliau bohong. Nabi lantas berdiri di Hijir dan Allah pun memperlihatkan gambaran Baitul Maqdis dihadapan Nabi-Nya sehingga beliau bisa menggambarkannya secara gamblang dihadapan mereka. Orang-orang kafir tentu saja kebingungan dan terus mencari-cari sesuatu yang bbisa menunjukkan pada mereka bahwa beliau pembohong, namun mereka kewalahan, tidak mampu mencarinya dan membiarkan Nabi menceritakan pengalamannya, sementara mereka hanya bisa pasrah tanpa mampu menunjukkan kebohongan.
Sepulang dari perjalanan bumi-langit yang ditempuh hanya dalam semalam tersebut, pagi harinya beliau keluar dari rumahnya untuk menceritakan kepada khalayak masyarakat tentang apa yang beliau lihat dan saksikan dari berbagai tanda kebesaran Allah.
Akan tetapi, bagaimana mungkin orang-orang yang kukuh mendustakan bahwa wahyu Allah turun dari langit ke bumi pada Muhammad SAW mau percaya begitu bahwa beliau dimi'rajkan ke langit. Mula-mula Nabi SAW bercerita tentang perjalanan isra beliau ke Baitul Maqdis. Bara api pun seolah-olah tersulut didalam hati dan dada mereka, memuntahkan seluruh dendam dan kedengkian mereka. Setiap orang yang melampaui batas lagi berdosa berlomba-lomba mengobok-obok Muhammad SAW begitu ia selesai bercerita, mereka langsung memintanya untuk menggambarkan Baitul Maqdis pada mereka dan mereka tahu persis bahwa beliau belum pernah melihatnya sama saekali seumur hidupnya.
Rasulullah bersabda, "Ketika orang-orang Quraisy menudingku berbohong, aku langsung berdiri di Hijir (Isma'il), lalu Allah memperlihatkan di hadapanku Baitul Maqdis, maka aku pun mulai memberitahukan kepada mereka mengenai tanda-tanda sambil melihatnya."
Allah menolong Nabi-Nya dan mengeluarkannya dari cobaan ini. Andai saja Allah tidak menolong beliau dengan memperlihatkan Baitul Maqdis dihadapan beliau, tentu orang-orang musyrik akan mendustakan habis-habisan dan akan semakin banyak pula orang-orang yang murtad, keluar dari Islam dan kembali kejalan kekafiran. hal itu dikarenakan sewaktu Nabi SAW di'israkan, beliau tidak sempat mengamati betul Masjidil Aqsha, pintu-pintunya dan jendela-jendelanya. Nabi pun tidak mengenal satu persatu nabi yang shalat bersama beliau di Baitul Maqdis, karena jumlah mereka sangat banyak dan mereka berkumpul untuk shalat dibelakang beliau. Ketika beliau maju dan menjadi imam mereka, beliau langsung menyelesaikan perjalanan tanpa berkenalan dengan mereka satu persatu. Karena itu, ketika beliau naik ke langit, beliau terus bertanya kepada Jibril tentang mereka satu persatu. Tatkala kaum musyrikin menodong beliau dengan permintaan mereka untuk menggambarkan Masjidil Aqsa, beliau pun tidak tahu apa yang harus beliau katakan. Namun Allah dengan cepat memperlihatkan kepada beliau gambaran masjid tersebut, sehingga Nabi bisa dengan mudah dan lancar menggambarkannya kepada mereka.
Begitulah.. Orang-orang berkumpul mengerubuti Nabi untuk mendengarkan ceritau beliau dan untuk membuktikan bahwa beliau bohong. Nabi lantas berdiri di Hijir dan Allah pun memperlihatkan gambaran Baitul Maqdis dihadapan Nabi-Nya sehingga beliau bisa menggambarkannya secara gamblang dihadapan mereka. Orang-orang kafir tentu saja kebingungan dan terus mencari-cari sesuatu yang bbisa menunjukkan pada mereka bahwa beliau pembohong, namun mereka kewalahan, tidak mampu mencarinya dan membiarkan Nabi menceritakan pengalamannya, sementara mereka hanya bisa pasrah tanpa mampu menunjukkan kebohongan.
0 komentar:
Posting Komentar